KITA
Setelah dinyatakan lulus dari bangku Sekolah
Menengah Pertama, aku melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi yaitu SMA. Aku
dianjurkan sama kedua orang tuaku untuk masuk dengan melalui jalur mandiri ,
karena maklumlah aku tidak terlalu pintar sekali. Akhirnya aku bersama
sahabatku bernama Faradiba mengikuti test mandiri di SMA Negeri 5 Malang.
Sewaktu test , aku cukup yakin dengan semua jawabanku, dan aku cukup optimis
untuk masuk SMA Negeri 5 Malang. Tiga hari kemudian, kertas bertuliskan pengumuman
yang lolos dan masuk SMA Negeri 5 Malang terpampang di halaman depan sekolah
SMA Negeri 5 Malang. Aku dan Fara berdesak-desakan untuk dapat melihat namaku
dan nama Fara terpampang dikertas pengumuman siswa yang berhasil masuk SMA
Negeri 5 Malang dengan jalur mandiri. Aku dan Fara melihat nama demi nama
dengan teliti. Dan betapa terkejutnya aku dan Fara ketika aku menemukan namaku
dan namanya Fara di kertas pengumuman siswa yang lolos dan diterima menjadi
siswa baru di SMA Negeri 5 Malang.
Dua puluh dua juni 2010 , adalah hari
pertama aku MOS (Masa Orientasi Siswa) di SMA Negeri 5 Malang. Di hari
pertamaku menjalani MOS , keluargaku tidak ada disampingku. Karena mereka semua
berlibur ke Bali , seharusnya aku ikut bersenang-senang di Bali tetapi orang
tuaku tidak tahu kalau jadwal berlibur ke Bali sama dengan jadwalku menjalani
MOS. Dengan terpaksa aku tidak ikut mereka bersenang-senang dan menjalani
masa-masa MOS sendiri. Hari pertama MOS memang belum seberapa beratnya . Tetapi
hari kedua, esoknya aku harus membawa barang bawaan yang sudah ditetapkan oleh
panitia MOS. Dan yang paling menyedihkan aku harus mencari barang-barang yang susah
untuk dicari itu sendiri. Sementara itu aku tidak tahu harus mencarinya kemana
dan harus bertanya kepada siapa. Akhirnya, sahabatku Fara membantuku. Dan pada
saat itu juga aku disuruh menginap dirumahnya sampai orang tuaku kembali
berlibur dari Bali. Aku dan Fara mencari bahan-bahan buat hari kedua MOS di
sekolah yang terkenal dengan sebutan SMALA itu. Setelah semuanya terkumpul aku
dan fara tidur ditempat tidur kesayangan Fara. Saat mau tidur , entah kenapa
aku teringat keluarga ku , tak terasa air mataku jatuh membasahi pipiku.
"loh
sin kamu kenapa ? kok tiba-tiba menangis?", tanya fara bingung
"eehhm,
aku gak papa far aku hanya kangen sama keluargaku , meskipun hanya ditinggal
berlibur selama tiga hari aku merasa kangen sekali sama keluargaku , aku juga
enggak tau kenapa tiba-tiba perasaan kangenku pada keluargaku datang gitu
aja", jawabku tersendat-sendat
"sudah
sindy sudah, kurang 2 hari lagi keluargamu pulang kok , kamu kan enggak sendiri
, kan ada aku yang selalu menemani kamu. Jangan menangis lagi yaa sin",
Fara mencoba menenangkanku
"makasi yaa far , udah mau
menemani aku ?"
"iya , sama-sama sin , jangan
nangis lagi ya"
Keesokan harinya aku berangkat dengan
Fara naik motor metik warna hitamku. Nyaris saja aku dan Fara terlambat masuk
sekolah. Dengan cepat aku meletakkan sepeda motorku di tempat parkir. Untung
saja kelasku tidak sejauh kelasnya Fara jadi aku lebih cepat masuk kelas dan
tidak terlambat. Masa-masa MOS adalah masa-masa yang menyebalkan tetapi paling
ditunggu-tunggu sama para siswa.
Dua puluh lima juni 2010 adalah hari
terakhir aku dan teman-temanku menjalani MOS. Tentunya diadakan upacara
peresmian bahwa MOS di SMALA telah berakhir. Lega juga rasanya bisa melalui
Masa Orientasi Siswa , meskipun hanya sendiri tetapi aku senang menjalaninya.
Akhirnya aku resmi menjadi siswa SMA Negeri 5 Malang.
Enam Juli 2010 adalah hari pertamku
mendapat ilmu di sekolah yang terkenal dengan Adiwiyatanya tersebut. Tetapi
sebelumnya ada pengumuman bagi para siswa untuk melihat namanya di kertas yang
dipajang di masing-masing ruang kelas. Aku mencari namaku di tiap-tiap kelas,
dan aku masuk dalam kelas sepuluh tujuh. Tidak disengaja ternyata Fara juga
masuk kelas sepuluh tujuh bersamaku. Padahal , aku dan Fara waktu MOS tidak
sekelas. Senang sekali rasanya bisa bersama Fara lagi dua tahun berturut-turut,
sejak kita duduk di bangku SMP.
Awalnya
kesan pertamaku masuk kelas sepuluh tujuh , banyak anak yang individual, kurang
menjalin hubungan pertemanan dengan baik. Tetapi setelah berhari-hari menjadi
penghuni di sepuluh tujuh aku merasakan kekeluargaan yang hangat. Kelas yang
semula aku kesankan individualistis itu menjadi kelas yang penuh dengan
keakrabaan para penghuninya seperti keluarga besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar