Selasa, 06 Maret 2012

Cerpen


KITA

       Setelah dinyatakan lulus dari bangku Sekolah Menengah Pertama, aku melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi yaitu SMA. Aku dianjurkan sama kedua orang tuaku untuk masuk dengan melalui jalur mandiri , karena maklumlah aku tidak terlalu pintar sekali. Akhirnya aku bersama sahabatku bernama Faradiba mengikuti test mandiri di SMA Negeri 5 Malang. Sewaktu test , aku cukup yakin dengan semua jawabanku, dan aku cukup optimis untuk masuk SMA Negeri 5 Malang. Tiga hari kemudian, kertas bertuliskan pengumuman yang lolos dan masuk SMA Negeri 5 Malang terpampang di halaman depan sekolah SMA Negeri 5 Malang. Aku dan Fara berdesak-desakan untuk dapat melihat namaku dan nama Fara terpampang dikertas pengumuman siswa yang berhasil masuk SMA Negeri 5 Malang dengan jalur mandiri. Aku dan Fara melihat nama demi nama dengan teliti. Dan betapa terkejutnya aku dan Fara ketika aku menemukan namaku dan namanya Fara di kertas pengumuman siswa yang lolos dan diterima menjadi siswa baru di SMA Negeri 5 Malang.
          Dua puluh dua juni 2010 , adalah hari pertama aku MOS (Masa Orientasi Siswa) di SMA Negeri 5 Malang. Di hari pertamaku menjalani MOS , keluargaku tidak ada disampingku. Karena mereka semua berlibur ke Bali , seharusnya aku ikut bersenang-senang di Bali tetapi orang tuaku tidak tahu kalau jadwal berlibur ke Bali sama dengan jadwalku menjalani MOS. Dengan terpaksa aku tidak ikut mereka bersenang-senang dan menjalani masa-masa MOS sendiri. Hari pertama MOS memang belum seberapa beratnya . Tetapi hari kedua, esoknya aku harus membawa barang bawaan yang sudah ditetapkan oleh panitia MOS. Dan yang paling menyedihkan aku harus mencari barang-barang yang susah untuk dicari itu sendiri. Sementara itu aku tidak tahu harus mencarinya kemana dan harus bertanya kepada siapa. Akhirnya, sahabatku Fara membantuku. Dan pada saat itu juga aku disuruh menginap dirumahnya sampai orang tuaku kembali berlibur dari Bali. Aku dan Fara mencari bahan-bahan buat hari kedua MOS di sekolah yang terkenal dengan sebutan SMALA itu. Setelah semuanya terkumpul aku dan fara tidur ditempat tidur kesayangan Fara. Saat mau tidur , entah kenapa aku teringat keluarga ku , tak terasa air mataku jatuh membasahi pipiku.
"loh sin kamu kenapa ? kok tiba-tiba menangis?", tanya fara bingung
"eehhm, aku gak papa far aku hanya kangen sama keluargaku , meskipun hanya ditinggal berlibur selama tiga hari aku merasa kangen sekali sama keluargaku , aku juga enggak tau kenapa tiba-tiba perasaan kangenku pada keluargaku datang gitu aja", jawabku tersendat-sendat
"sudah sindy sudah, kurang 2 hari lagi keluargamu pulang kok , kamu kan enggak sendiri , kan ada aku yang selalu menemani kamu. Jangan menangis lagi yaa sin", Fara mencoba menenangkanku
          "makasi yaa far , udah mau menemani aku ?"
          "iya , sama-sama sin , jangan nangis lagi ya"
          Keesokan harinya aku berangkat dengan Fara naik motor metik warna hitamku. Nyaris saja aku dan Fara terlambat masuk sekolah. Dengan cepat aku meletakkan sepeda motorku di tempat parkir. Untung saja kelasku tidak sejauh kelasnya Fara jadi aku lebih cepat masuk kelas dan tidak terlambat. Masa-masa MOS adalah masa-masa yang menyebalkan tetapi paling ditunggu-tunggu sama para siswa.
          Dua puluh lima juni 2010 adalah hari terakhir aku dan teman-temanku menjalani MOS. Tentunya diadakan upacara peresmian bahwa MOS di SMALA telah berakhir. Lega juga rasanya bisa melalui Masa Orientasi Siswa , meskipun hanya sendiri tetapi aku senang menjalaninya. Akhirnya aku resmi menjadi siswa SMA Negeri 5 Malang.
          Enam Juli 2010 adalah hari pertamku mendapat ilmu di sekolah yang terkenal dengan Adiwiyatanya tersebut. Tetapi sebelumnya ada pengumuman bagi para siswa untuk melihat namanya di kertas yang dipajang di masing-masing ruang kelas. Aku mencari namaku di tiap-tiap kelas, dan aku masuk dalam kelas sepuluh tujuh. Tidak disengaja ternyata Fara juga masuk kelas sepuluh tujuh bersamaku. Padahal , aku dan Fara waktu MOS tidak sekelas. Senang sekali rasanya bisa bersama Fara lagi dua tahun berturut-turut, sejak kita duduk di bangku SMP.
Awalnya kesan pertamaku masuk kelas sepuluh tujuh , banyak anak yang individual, kurang menjalin hubungan pertemanan dengan baik. Tetapi setelah berhari-hari menjadi penghuni di sepuluh tujuh aku merasakan kekeluargaan yang hangat. Kelas yang semula aku kesankan individualistis itu menjadi kelas yang penuh dengan keakrabaan para penghuninya seperti keluarga besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar